Saya sangat menyesal belum sempat men-share hasil penelitian mengenai risiko kampung mbah Maridjan langsung ke masyarakat di lereng Merapi.. tetapi erupsi datang lebih cepat..
Letusan Gunungapi Merapi 2006 yang mengarah ke Lereng Selatan melalui Kali Gendol menimbulkan dampak kerusakan Wisata Kaliadem dan “hampir” saja menyentuh Kampung mbah Maridjan. Setting morfologi di Kawasan tersebut masih mampu membatasi ruang gerak awan panas 2006, sehingga dampak yang ditimbulkannya relatif terbatas. Terkuburnya bunker yang menewaskan 2 orang relawan disebabkan penempatan bunker yang belum mempertimbangkan kemungkinan luncuran awan panas melampaui alur K. Gendol.
Kampung mbah Maridjan terletak di antara 2 sungai yaitu K. Gendol dan K. Kuning dan dikelilingi bukit-bukit kecil. Keberadaan bukit-bukit kecil ini melindungi Kampung mbah Maridjan dari rembetan awan panas 2006 dengan magnitude 2 (Volcanic Explosion Index/VEI). Bukit dipercaya masyarakat setempat sebagai morfologi pelindung. Meskipun aman dari awan panas tersebut, tetapi seandainya letusan G. Merapi lebih besar (VEI > 2) , Risiko Kampung Maridjan terhadap awan panas meningkat dan kemungkinan awan panas melampaui Bukit Utuh dan menerjang Kampung Maridjan menjadi besar.
Ternyata letusan 26 Oktober 2010 lebih besar dibanding letusan 2006, sehingga awan panas mampu menerjang bukit pelindung dan merusak kampung mbah Maridjan.
Hal yang kita pelajari dari sini adalah erupsi bersifat dinamis, asumsi lama yang bertahan ratusan tahun sekalipun bisa berubah. Di sini berlaku prinsip Popper, "boleh jadi angsa ke-501 tidak berwarna putih, tetapi berwarna hitam". Asumsi bahwa lereng selatan-tenggara relatif aman karena ada "morfologi pelindung" Geger Boyo yang membatasi arah letusan menuju ke sana bertahan selama 100 tahun, tetapi mulai 2006 Geger Boyo ambrol, membuka jalan bagi awan panas menuju ke sana, untungnya masih ada tameng lapis kedua di bawah yaitu lembah dan bukit yang masih "efektif" meredam laju awan panas menuju kampung, lihat gambar di atas. Tetapi ini sudah pada batas maksimal, damage threshold bagi lereng ini adalah letusan dengan magnitud 2. Sinyal BPPTK bahwa letusan berpotensi lebih besar daripada letusan 2006 tidak ditangkap sebagai kemungkinan munculnya "angsa hitam" yang berbeda dengan pola yang sudah biasa, bahwa letusan masih di bawah ambang batas aman.
Saya sangat menyesal karena sudah melihat potensi munculnya "angsa hitam" sebagai konsekuensi dari sinyal meningkatkatnya letusan dari BPPTK, tetapi tidak berbuat lebih banyak.. karena saya juga tersandera logika berfikir bahwa semua angsa berwarna putih, kita lebih nyaman berfikir bahwa pola masa lalu akan terjadi di masa depan..
Sekali lagi mohon maaf.. selamat Jalan Mbah.. semoga kesetian Anda pada tugas sebagai juru kunci dan kepulangan Anda dalam posisi bersujud menghadap kiblat diterima dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya..