30 Oktober 2008

Potensi Banjir Kota Solo (Bagian 1)


Kota Solo sebagai daerah cekungan antar pegunungan/perbukitan (intermountain basin) menjadi tempat berkumpulnya air, sehingga secara genetik Kota Solo memang rawan banjir. Lihat gambar berikut..



terlihat Kota Solo dikelilingi pegunungan dan perbukitan, di sebelah barat tampak Gunung Merapi dan G. Merbabu, sebelah selatan Pegunugan Selatan, sebelah timur G. Lawu, dan sebelah utara Perbukitan Kendeng. Air hujan yang jatuh pada pegunungan dan perbukitan tersebut khususnya pada lereng yang menghadap ke arah Kota Solo, akan mengalir menuju Kota Solo. Pada saat tertentu saat terjadi hujan ekstrem (> 60 mm/hari) dengan durasi yang cukup lama seperti akhir Desember tahun 2007 kemaren, dimungkikan terjadi banjir di Kota Solo, lihat sebaran banjir tahun kemarin berikut ini..


Terlihat banjir yang menggenangi Kota Solo (Sepanjang tepi Kiri Bengawan Solo, tepi kanan juga banjir tapi tidak dipetakan). Peta Banjir tersebut dibuat oleh Pemkot (warna biru tua), dan Prodi P. Geografi FKIP UNS (warna biru muda). Terlihat ada perbedaan luas daerah genangan. Hal ini kemungkinan karena perbedaan cara generalisasi (apa itu?, kita bahas di topik lain).
Mari kita lihat banjir yang sama dari beberapa perspektif berikut ini..



Banjir dilihat dari atas Kota Solo Arah Barat.. bagi kalian yang rumahnya di Joyotakan, Joyosuran, Pasar Kliwon, banjir akan lebih nampak..


Banjir dilihat dari atas Kota Solo Arah Utara.. bagi kalian yang rumahnya di Kentingan, Pucangsawit, dan Jagalan, banjir akan lebih nampak..

Kepada masyarakat di daerah genangan banjir yang mengakses halaman ini, mohon masukan apakah peta genangan di atas sudah representatif atau belum.. masukan Saudara akan kami jadikan bahan revisi untuk menambah akurasi peta banjir di atas.. Karena Saudara jauh lebih mengetahui lingkugan saudara (local knowledge) dan peta akhir nanti merupakan peta hasil participatory mapping/GIS..
Peta banjir tersebut dibuat dibuat dengan cara menscan peta banjir dari pemkot selanjutnya diberi titik ikat (koordinat geografis), kemudian ditayangkan di GoogleEarth degan fasilitas Image Overlay. Sementara peta banjir dari Prodi P. Geografi FKIP UNS merupakan hasil turun lapangan mahasiswa angkatan 2005 yang mengambil mata kuliah SIG Lanjut/Terapan sebagai bagian dari UAS yang dipandu oleh 2 Budi (Budi Setyarso dan Budi Agustinus). Terima kasih kepada 2B yang melengkapi data awal sehingga bisa sampai delineasi batas banjir.

Peta-peta di atas bisa dijadikan materi pembelajaran dengan pendekatan CTL = Contextual Teaching Learnig, khususnya untuk materi dinamika hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan (SIG pembelajaran). Untuk SIG Dasar, peta banjir di atas merupakan aplikasi materi georefensi. Silakan searching apa itu georeferensi?

Sementara sampai di sini dulu, untuk artikel selanjutnya akan membahas bentuk adaptasi terhadap banjir mulai dari pemerintah kolonial dulu sampai saat ini.

29 Oktober 2008

Analisis Keruangan "Kolong Tambang Timah" di Bumi Laskar Pelangi

Silakan Saudara baca "Mengenal Lebih Dekat Bumi Laskar Pelangi" dulu.. baru kita berlatih analisis keruangan seperti dimaksud judul di atas.. pada kesempatan ini kita akan menelusur apakah "kolong-kolong tambang timah itu berada pada daerah konsentrasi timah seperti yang dipetakan orang Belanda dulu? Kita juga akan menelusur apakah seluruh daerah konsentrasi timah seperti yang yang tercantum dalam "peta jadul bikinan sinyo itu" sudah ditambang atau belum? kalau belum dimana itu?
Ini pertanyaan quiz untuk kuliah sig lanjut.. jawaban akan diposting setelah ada diskusi di kelas..

SIG untuk Pembelajaran Dinamika Atmosfer

Untuk pembelajaran dinamika atmosfer gunakan saja data di situs BMG, http://www.bmg.go.id/depan.bmg. Beberapa data yang bisa digunakan misalnya:
- Citra satelit terbaru yang menggambaran persebaran awan:

- prakiraan curah hujan, mana daerah yang curah hujannya rendah, sedang atau tinggi
 
- tingkat ketersediaan air tanah, kurang, sedang atau cukup

Gambar-gambar di atas dieksplorasi untuk pengalaman belajar, misal dari citra sebaran awan, siswa bisa ditanya, daerah mana yang diliputi awan (dengan demikian berpotensi hujan) ? Bagaimana dengan daerahmu? Dari gambar kedua bisa ditanyakan daerah yang berpotensi banjir? sedangkan dari gambar selanjutnya bisa ditanyakan daerah mana yang rawan kekeringan? 

27 Oktober 2008

Mengenal Lebih Dekat "Bumi Laskar Pelangi"

Selain mengangkat masalah "semangat pendidikan" bagi kaum marjinal, novel Laskar Pelangi juga berbicara masalah ketidakadilan. Di tengah kemakmuran "kaum pendatang", buah eksploitasi sumberdaya timah mulai dari zaman kolonial, zaman orla dan zaman orba, penduduk asli Melayu Belitong menderita kemiskinan turun-temurun. "Kami seperti sekawanan tikus yang paceklik di lumbung padi", demikian kata Andrea Hirata. Inilah potret sebuah ironi dari negeri yang kaya sumberdaya tetapi tidak bijak mengelolanya, bukan kemakmuran yang didapat malah mudharat yang merapat. 
Mari kita tengok dari atas bumi laskar palangi...

Terlihat bumi laskar pelangi terletak di Pulau Belitung... P. Belitung saat ini terdiri dari 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur, "Bumi laskar pelangi terletak di Kab. Belitung Timur, Kecamatan Gantung... 
Kecamatan Gantung memang salah satu daerah yang kaya timah, bahkan Belanda sudah memetakan lokasi-lokasi yang mengandung timah di P. Belitung secara lengkap pada tahun 1933 (J.W.H. Adam, dalam Bemmelen, 1949).. lihat peta jadul berikut..
 
Lihat daerah yang bertitik-titik hitam (dotted areas), disitulah timah berada...
Karena timah sudah ditambang begitu lama, lihatlah kenampakan bengtanglahan hasil karya manusia, Verstappen menyebutnya sebagai "man as geomorpholgical agent", berikut ini...

Terlihat bagaimana bekas-bekas tambang meninggalkan kolong-kolong yang berisi air... 
Sebagai entry sementara sampai di sini dulu... 
 

23 Oktober 2008

Materi Word TIK Program Sertifikasi

Silahkan download, klik "Modul Komputer Dasar", pilih yang free, klik download.. bukalah file dengan acrobat reader.. 

22 Oktober 2008

Bahan Kuliah SIG Dasar (Model Data Spasial)

Silahkan download, klik "Gis Data Model" , pilih yang free, klik download.. bacalah secara seksama... Kalau bingung buka bab 7 "Model data spasial di dalam SIG", buku "Konsep-Konsep Dasar SIG", hal. 139 - 178, Eddy Prahasta, 2001.  

20 September 2008

Aspek Spasial Tragedi Zakat Pasuruan

Seperti sudah diketahui pembagian zakat oleh H. Saikhon di Jl Wahidin Sudirohusodo, Kota Pasuruan, berubah menjadi "tragedi". Dari sekitar 5.000 orang yang berjejalan antre zakat di depan rumah H. Saikhon itu, 21 tewas setelah pingsan kehabisan oksigen, dan terinjak-injak. Sudah banyak sekali ulasan mengenai kejadian tersebut dari berbagai aspek mulai dari haramnya zakat tersebut, kemiskinan yang bertambah, mandul dan kurang terpercayanya BAZ, "tebar pesona" di balik ibadah, sampai dengan"kecolongannya" aparat pemerintah. Tulisan ini akan melihat dari sdudut pandang yang berbeda, yaitu aspek spasial dari tragedi tersebut.
  
Perhatikan Kota Pasuruan dilihat dari Utara dengan Google Earth, di bawah ini (silakan klik untuk tampil besar) : terlihat Kota Pasuruan merupakan kota pantai, sehingga suhu udara di siang hari cukup panas... Kel. Purutrejo, Kec. Purworejo dimana tragedi pembagian zakat terjadi (lihat pada arah selatan ada icon rumah yang menunjukkan lokasi kejadian), juga tidak jauh dari garis pantai (sekitar 4,5 km dari bibir pantai, menggunakan fasilitas ruler pada Google Earth).  



Ada baiknya terlebih dahulu kita buka  sedikit tentang sejarah Kota Pasuruan...
Kota ini merupakan kota Bandar kuno. Pada zaman Kerajaan Airlangga, Pasuruan sudah dikenal dengan sebutan " Paravan " . Pada masa lalu, daerah ini merupakan pelabuhan yang sangat ramai. Letak geografisnya yang strategis menjadikan Pasuruan sebagai pelabuhan transit dan pasar perdagangan antar pulau serta antar negara. Banyak bangsawan dan saudagar kaya yang menetap di Pasuruan untuk melakukan perdagangan. Hal ini membuat kemajemukan bangsa dan suku bangsa di Pasuruan terjalin dengan baik dan damai. Selengkapnya bisa dibaca disini. 

Saat ini Kota Pasuruan merupakan kota kecil. Luas kotanya hanya 13,58 km2, terdiri dari 3 kecamatan yang terbagi dalam 34 kelurahan. Kecamatan tersebut adalah Bugulkidul, Gadingrejo, dan Purworejo. Jumlah Penduduknya 165.992 jiwa, terdiri dari 81.313 jiwa laki-laki, 84.679 jiwa perempuan. Kepadatan penduduknya tinggi mencapai 12.223 jiwa/km2.  Sebagai kota yang padat penduduk, kota ini juga tidak lepas dari masalah sosial yang berat. Jumlah keluarga miskin pada tahun 2006 mencapai 8.512 KK, wanita rawan sosial-ekonomi 567 jiwa. Masalah sosial yang lain selengkapnya bisa dilihat pada data milik  Dinas Sosial Propinsi Jatim.

Mari kita jelajahi desa Purutrejo, dimana tragedi pembagian zakat itu terjadi dari arah selatan. Terlihat desa tersebut berada di tepi Sungai Gembong. Daerah ini merupakan daerah rawan banjir. Banjir terakhir terjadi pada Akhir Januari 2008. Saat itu seperti diberitakan Kapan Lagi.Com, ratusan warga dari Desa Purut Rejo dan Wirogunan, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, hingga Kamis pagi masih mengungsi di atas kuburan Purut Rejo dengan membawa barang-barang miliknya karena banjir masih menggenangi rumah mereka. "Di mana-mana air meninggi hingga mencapai satu meter lebih. Satu-satunya jalan ya mengungsi di kuburan ini. Kami tidak takut meskipun mengungsi sejak tadi malam karena orangnya banyak," kata seorang warga pengungsi. Warga dari dua desa itu mengungsi ke kuburan karena posisinya memang lebih tinggi dibandingkan rumah-rumah mereka. Sementara itu ribuan warga kota lainnya mengungsi ke jalan-jalan, karena rumahnya tergenang air. Bahkan ada daerah yang airnya mencapai atap rumah, seperti terjadi di sekitar stadion atau di belakang kantor Pemkot yang daerahnya memang rendah, karena mendapat tambahan luapan air dari Sungai Gembong.

Banjir yang terjadi tentu saja semakin menyengsarakan masyarakat kelas bawah di Kota Pasuruan. Apalagi biasanya daerah sepanjang tepi sungai atau bantaran kali, biasanya dihuni oleh mereka yang termasuk golongan ekonomi bawah atau sering disebut kaum marjinal.  Sementara sampai di sini dulu. Pembahasan detil lokasi kejadian (Rumah H. Saikhon) disambung diposting berikutnya...