15 Maret 2009

Liputan Banjir Solopos

Edisi : Sabtu, 28 Februari 2009 , Hal.1
Banjir, Solo utara butuh cekdam
Solo (Espos) Banjir Solo utara bisa diatasi jika di kawasan itu dibangun cekdam untuk mengatur aliran air dari kawasan utara Solo sebelum masuk ke Kota Solo.
Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi), ketika dihubungi Espos, Jumat (27/2) malam, mengatakan Solo utara butuh cekdam, agar aliran air dari wilayah utara Solo seperti Boyolali tidak langsung mengalir ke Solo. ”Tapi sekali lagi, butuh koordinasi lintas wilayah. Ini wewenangnya provinsi. Karena cekdam itu ditempatkan di Boyolali,” jelasnya.
Jokowi mengatakan selain cekdam, Kali Kijing, Boyolali yang terhubung dengan Kali Pepe Hulu, Solo utara, juga perlu dibangun sudetan yang menghubungkan ke Waduk Cengklik Boyolali.
Jokowi menyebut banjir, Rabu (25/2) malam, di Solo utara bagian barat disebabkan oleh air kiriman dari Boyolali. Air hujan yang turun di Boyolali mengalir ke Kali Pepe Hulu lalu Kali Anyar kemudian langsung ke Solo hingga sampai ke Sungai Bengawan Solo.
Dengan demikian, praktis Waduk Cengklik tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai penampung air.
”Saya sendiri juga heran. Solo bagian timur dan selatan sudah ada solusi permanen. Dengan perbaikan parapet, pintu air dan pemberian pompa, kemudian warga di bantaran direlokasi, tidak perlu lagi khawatir dengan banjir. Lha sekarang kok giliran Solo bagian barat dan utara,” kata Jokowi ketika ditemui Kamis (26/2) malam.
Terpisah, Kepala Bakorwil II Surakarta dan Kedu, A Antono, ditemui di kantornya, Jumat, mengatakan sudah melakukan komunikasi dengan semua kabupaten/kota terkait banjir di Soloraya. Antono juga mendorong perlunya penyempurnaan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) secara terpadu antardaerah.
Sementara itu, akademisi UNS menilai efek meningkatnya curah hujan dan tren perubahan tata guna lahan kawasan permukiman, menjadi salah satu penyebab banjir di Solo utara. Akademisi UNS menilai pemerintah perlu segera merevitalisasi daerah aliran sungai (DAS) Kali Pepe Hulu, termasuk di antaranya membangun talut.
Langkah proteksi itu, disebut paling vital, mengingat banjir bandang tersebut membuat setidaknya dua hingga tiga meter tanah bantaran tergerus.
Dosen Prodi Pendidikan Geografi FKIP UNS Solo yang aktif dalam Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan, Pusat Studi Bencana UNS, Yasin Yusuf, menuturkan mitigasi dalam hal proteksi atau perlindungan paling dibutuhkan saat ini. ”Perubahan tata guna lahan sulit ditangani dalam waktu singkat, butuh koordinasi lintas wilayah dan lintas sektoral. Mitigasi proteksi, salah satunya dengan pembuatan talut di sepanjang Kali Pepe Hulu,” papar Yasin Yusuf, didampingi ahli lingkungan Prodi Pendidikan Geografi FKIP UNS, Setya Nugraha.
Disinggung mengenai perubahan tata guna lahan, berdasarkan penelitian melalui citra satelit, Yasin menyebut Kota Solo sangat kekurangan lahan resapan. Pasalnya, total luas Kota Bengawan hanya 10,57% atau 465,52 hektare (ha) yang berfungsi efektif sebagai lahan resapan. Sementara itu, luas lahan permukiman mencapai 81,10% atau 3.938,54 ha.

Resapan
”Padahal, idealnya lahan resapan untuk sebuah wilayah paling tidak 30%.”
Lebih jauh, terkait tingginya curah hujan, dia menerangkan curah hujan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2007. Yasin membandingkan, sebelumnya curah hujan pada bulan basah hanya mencapai kurang dari 100 milimeter (mm)/bulan, sedangkan kini curah hujan meningkat hingga lebih dari 100 mm/hari. Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS, Yusuf Mutaqin, mengatakan penanganan banjir paling mendesak adalah perbaikan infrastruktur drainase, termasuk penguatan talut Kali Pepe Hulu karena beban sistem drainase meningkat.

Sementara itu, banjir Rabu lalu, ternyata tidak hanya melanda Solo utara, banjir juga mengenai 40 keluarga di Kelurahan Gandekan, Jebres. Meskipun ketinggian airnya hanya sampai mata kaki, air luapan dari Kali Pepe itu sempat masuk ke puluhan rumah, bahkan merendam taman cerdas di kelurahan itu.
Hal itu diungkapkan Ketua LPMK Gandekan, YF Soekasno. Menurut dia, banjir di Gandekan disebabkan air Kali Pepe meluap.
Sementara itu, sebanyak 10 SD dari 84 SD/MI/SDLB dan tujuh TK dari 84 TK di Banjarsari mengalami kerusakan akibat banjir Rabu lalu. Sekolah yang rusak itu antara lain, SD Kristen Setabelan 2, SDN Banyuanyar 1, SDN Banyuanyar 2, SDN Banyuanyar 3, SDN Banyuagung 1, SDN Banyuagung 2, SDN Banyuagung 3, SDN Tempel, SDN Sumber 5 dan SDN Praon. Sementara TK yang rusak antara lain, TK Trisula Banyuanyar, TK Aisyiyah Sumber 2, TK Aisyiyah Banyuanyar 2, TK Al Abidin, TK ABA Thoyibah, TK LPMK Banyuanyar, TK Pustaka Ridho.
”Jumlah total kerugian belum dapat disampaikan,” terang Kepala UPTD Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kecamatan Banjarsari, Drs Alexander Parjiya MM MPd. Dia menyampaikan SD dengan kerusakan terparah yaitu SDN Tempel antara lain 15 unit komputer, buku anak, administrasi guru, tape dan wearless, televisi, alat peraga, sekitar 1.500 buku perpustakaan serta persediaan seragam anak merah putih 50 setel dan seragam Pramuka 50 setel. Sedangkan TK dengan kerusakan terparah yaitu TK Al Abidin yang di antaranya sembilan unit komputer rusak dan alat permainan. Adapun untuk sekolah yang sudah menyertakan besarnya kerugian yaitu SDN Banyuagung 2 senilai Rp 112 juta, SDN Banyuanyar 3 senilai Rp 46 juta dan SDN Banyuanyar 2 senilai 18,725 juta.
Dijelaskan dia, banyak guru dan murid yang menjadi korban banjir. Rencananya, Sabtu (28/2) ini, SE pengumpulan bantuan akan dibagikan.

Permasalahan Solo utara

* Kawasan Solo utara yang relatif luas berkontur dan berbukit sehingga debit dan kecepatan aliran tinggi padahal saluran ke Kali Anyar baik jumlah maupun kapasitasnya sangat terbatas.
* Perkembangan perumahan-perumahan baru terutama oleh developer tidak diikuti dengan penataan drainase yang memadai.
* Pada daerah-daerah bekas persawahan, pada awalnya saluran drainase yang ada merupakan saluran irigasi. Perubahan fungsi ini tidak diikuti dengan perubahan desain saluran.
* Perubahan bentuk kontur untuk pengembangan permukiman sebagian telah merubah arah aliran yang berdampak kesenjangan antara rencana penataan drainase dengan kenyataan.
* Sebagian saluran yang ada masih saluran alam padahal lahan yang semula kosong telah berubah menjadi permukiman yang padat.
* Sebagian saluran masih berfungsi campuran (mixed used) untuk drainase dan irigasi.
Sumber: Bappeda & DPU Solo
Penanganan banjir
* Perlindungan/proteksi berupa pembangunan talut untuk penguatan sungai mengingat meningkatnya volume air, perubahan bentuk sungai
* Penyusutan air DAS hulu hingga hilir berupa koordinasi/kerja sama lintas wilayah, sektoral dan steakholders
* Penyesuaian diri berupa intervensi pemerintah kabupaten/kota terhadap pengaturan tata guna lahan menyusul ditemukannya pembangunan permukiman menantang arah aliran air, kesadaran masyarakat
* Pembuatan sudetan atau saluran dari Kali Anyar ke Wadung Cengklik, Boyolali *
Keterangan *: Usulan Walikota

Sumber: Wawancara Walikota & dosen Pendidikan Geografi FKIP UNS - Oleh : Suharsih, Tika SA, Tri R, Rini Y, Nadhiroh

Tidak ada komentar: